Kamis, 24 Januari 2008

ANALISIS SPASIAL

Pada umumnya pada tiga dasawarsa terakhir ini kondisi kota di Indonesia berkembang pesat yang berfungsi sebagai pusat kegiatan, dan dilengkapi dengan penyediaan layanan primer maupun sekunder, yang mendorong penduduk dari daerah lain maupun pedesaan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di pusat - pusat kegiatan. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kota-kota kecil disekitar pusat kota ikut menjadi lebih berkembang. Wilayah Jabodetabek yang memiliki luas 1764 km2 terdiri dari Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi dengan jumlah penduduk seluruhnya 17.889.920 jiwa, dimana Jakarta sebagai pusat kota dan Bogor, Tangerang dan Bekasi sebagai kota satelit, memiliki kaitan (interaction) yang sangat erat sekali. Hal ini disebabkan karena kota Jabodetabek yang pada umumnya jarak antar kota tidak terlalu jauh, yaitu hanya berkisar 30 – 60 km dari pusat kota terpengaruh dengan perkembangan kota Jakarta (distance), dan secara geofrafis, wilayah Jabodebatek berupa daerah dataran dan pegunungan yang saling berdampingan sehingga sulit untuk mengenali batas wilayah. Hal ini yang menjadikan terjadinya pergerakan (movement) elemen yang luar biasa dari pusat kota dan sebaliknya dengan kota-kota disekitar. Disamping masih banyaknya lahan yang dapat digunakan sebagai lahan hunian sehat di luar pusat kota, juga karena masih banyak para pekerja yang ada di Jakarta dan kota – kota lainnya yang tidak menetap di kota tersebut. Biasanya mereka sebagai penglaju (commuter).

Tidak ada komentar: